
Suatu Organisasi dapat mempunyai dua atau lebih dari satu situs atau dimana tiap situs mempunyai jaringan sendiri. Bila organisasi besar, maka sangat dimungkinkan situs-situs tersebut mempunyai administrasi jaringan yang dibedakan menurut tujuan tertentu. Bila situs-situs ini tidak terhubung melalui internet, tiap situs mungkin memiliki kebijakan keamanan sendiri. Bagaimanapun, bila situs-situs tersebut terhubung melalui internet, maka kebijakan keamanan harus mencakup tujuan dari semua situs yang saling terhubung.
Pada umumnya suatu situs
adalah bagian dari organisasi yang mempunyai beberapa komputer dan sumber daya
yang terhubung ke dalam suatu jaringan. Sumber daya tersebut misalnya ;
- Workstation dan Laptop
- Komputer sebagai host atau server
- Interkoneksi: gateway, router, bridge, repeater
- Perangkat lunak aplikasi dan jaringan (NOS)
- Kabel-kabel jaringan
- Informasi di dalam file dan database
Kebijakan keamanan situs harus
memperhatikan pula keamanan terhadap sumber daya tersebut. Karena situs
terhubung ke jaringan lain, maka kebijakan keamanan harus memperhatikan
kebutuhan dari semua jaringan yang saling terhubung. Hal ini penting untuk
diperhatikan karena kemungkinan kebijakan keamanan situs dapat melindungi situs
tersebut, namun berbahaya bagi sumber daya jaringan yang lain.
Suatu contoh dari hal ini
adalah penggunaan alamat IP di belakang firewall, dimana alamat IP tersebut
sudah digunakan oleh orang lain. Pada kasus ini, penyusupan dapat dilakukan
terhadap jaringan di belakang firewall dengan melakukan IP spoofing. Sebagai
catatan, RFC 1244 membahas keamanan keamanan situs secara detail.
Kebijakan Keamanan Jaringan
Kebijakan keamanan menyediakan
kerangka-kerangka untuk membuat keputusan yang spesifik, misalnya mekanisme apa
yang akan digunakan untuk melindungi jaringan dan bagaimana mengkonfigurasi
servis-servis. Kebijakan keamanan juga merupakan dasar untuk mengembangkan
petunjuk pemrograman yang aman untuk diikuti user maupun bagi administrator
sistem. Karena kebjikan keamanan tersebut mencakup bahasan yang sangat luas,
maka pada saat ini hanya akan dibahas inti permasalahan saja dan tidak akan
membahas hal-hal yang bersifat spesifik dari segi teknologi. Sebuah kebijakan keamanan
mencakup hal-hal berikut ini:
- Deskripsi secara detail tentang lingkungan teknis dari situs, hukum yang berlaku, otoritas dari kebijakan tersebut dan filosofi dasar untuk digunakan pada saat menginterpretasikan kebijakan tersebut.
- Analisa risiko yang mengidentifikasi aset-aset situs, ancaman yang dihadapi oleh aset-aset tersebut dan biaya yang harus dikeluarkan untuk kerusakan/kehilangan aset-aset tersebut.
- Petunjuk bagi administrator sistem untuk mengelola sistem
- Definisi bagi user tentang hal-hal yang boleh dilakukan
- Petunjuk untuk kompromi terhadap media dan penerapan hukum yang ada, serta memutuskan apakah akan melacak penyusup atau akan mematikan sistem dan kemudian memulihkannya lagi.
Faktor yang berpengaruh
terhadap keberhasilan kebijakan keamanan antara lain adalah:
- Komitmen dari pengelola jaringan
- Dukungan teknologi untuk menerapkan kebijakan keamanan tersebut
- Keefektifan penyebaran kebijakan tersebut
- Kesadaran semua user jaringan terhadap keamanan jaringan
Pihak pengelola jaringan
komputer mengatur tanggung jawab terhadap keamanan jaringan, menyediakan
training untuk personel-personel yang bertugas di bidang keamanan jaringan dan
mengalokasikan dana untuk keamanan jaringan. Yang termasuk pilihan-pilihan
teknis yang dapat digunakan untuk mendukung keamanan jaringan komputer antara
lain:
- Authentikasi terhadap sistem
- Audit sistem untuk akuntabilitas dan rekonstruksi
- Enkripsi terhadap sistem untuk penyimpanan dan pengiriman data penting
- Tool-tool jaringan, misalnya firewall dan proxy
Hal-hal Praktis Pendukung
Di bawah ini adalah hal-hal
praktis yang perlu dilakukan untuk mendukung keamanan jaringan komputer, antara
lain:
- Memastikan semua account mempunyai password yang sulit untuk ditebak. Akan lebih baik bila menggunakan OTP (One Time Password)
- Menggunakan tool, misalnya MD5 checksums, sebuah teknik kriptografi untuk memastikan integritas perangkat lunak sistem
- Menggunakan teknik pemrograman yang aman pada saat membuat perangkat lunak
- Selalu bersikap waspada terhadap penggunaan dan konfigurasi jaringan komputer
- Memeriksa secara rutin apakah vendor memiliki perbaikan-perbaikan terhadap lubang keamanan yang terbaru dan selalu menjaga sistem selalu mengalami upgrading terhadap keamanan
- Memeriksa secara rutin dokumen-dokumen dan artikel on-line tentang bahaya keamanan dan teknik mengatasiny. Dokumen dan artikel seperti ini dapat ditemukan pada situs-situs milik incident response teams, misalnya CERT (Computer Emergency Response Team – http://www.cert.org dan Computer Security Incident Response Team – http://www.CSIRT.org)
- Mengaudit sistem dan jaringan dan secara rutin memeriksa daftar log. Beberapa situs yang mengalami insiden keamanan melaporkan bahwa audit yang dikumpulkan minim sehingga sulit untuk mendeteksi dan melacak penyusupan